Pontianak (mahasiswa.iainptk.ac.id) – Bagi sebagian dari kita, hidup seringkali menghadirkan tumpukan tugas yang menakutkan, tantangan yang memaksa kita untuk benar-benar harus berjuang. Namun, cerita ini adalah lebih dari sekadar tugas akademis. Ini adalah kisah seorang mahasiswa, Chika Lestari harus menjalani perjuangan ganda: sebagai mahasiswa dan sebagai pengasuh di salah satu panti asuhan di Kota Pontianak.

Dalam kesehariannya, mahasiswa yang akrab disapa Chika ini adalah seorang mahasiswa yang berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan yang menumpuk. Tetapi di luar itu, ada tanggung jawab yang tak kalah berat, yaitu merawat anak-anak di panti asuhan. Keadaan ini membuatnya merasa seperti seorang hamba yang tak pernah lelah. Namun, dia tak pernah berpikir untuk menyerah.

Salah satu hal yang menjadi tantangan terbesar adalah tugas menulis ilmiah. Baginya, yang memiliki latar belakang dalam menulis non-ilmiah dan sastra, menjadi seorang peneliti objektif adalah sesuatu yang sangat sulit. Namun, dengan tekad dan bimbingan dari para dosen, dia mulai membangun kepercayaan diri dan belajar bagaimana mengekspresikan pikiran dan pendapat secara ilmiah.

Suatu hari, dia mendapat tawaran dari dosen pembimbing akademiknya untuk mengikuti acara karya tulis ilmiah yang dikenal sebagai BUAF. Tawaran ini tidak bisa dia tolak, meskipun itu berarti dia harus bertanggung jawab atas sebuah tulisan ilmiah. Setiap hari, dia memompa semangat dirinya sendiri untuk percaya bahwa dia mampu menyelesaikan tugas ini dan memberikan waktu dan ruang yang diperlukan untuk proyek tersebut.

Beberapa bulan sebelum acara tersebut, dia melakukan penelitian di Kabupaten Kayong Utara bersama dengan dosen dan teman-teman tim riset. Mereka melakukan observasi di desa Gunung Sembilan, khususnya fokus pada para nelayan di Pantai Tambak Rawang Awang. Mereka berhadapan dengan banyak kesulitan, termasuk perjalanan panjang, wawancara yang menuntut, dan kondisi lingkungan yang keras.

Tantangan terbesar datang ketika mereka harus melakukan penelitian di tengah malam, mengikuti nelayan yang bekerja di pantai. Meski awalnya mereka meragukan apakah mereka akan berhasil menemui nelayan tersebut, keberanian mereka membuahkan hasil. Mereka berhasil mendapatkan data berharga dari para nelayan.

Namun, perjuangan belum berakhir. Ketika perjalanan pulang, dia tiba-tiba merasa mual hingga akhirnya demam. Meskipun fisiknya melemah, semangatnya tetap kuat. Dan setibanya di tempat tujuan, mereka mendapatkan fasilitas yang pantas untuk melepaskan kelelahan.

Pada hari berikutnya, dia dengan bangga mengikuti acara pembukaan BUAF dan memberikan presentasi bersama teman-teman di panel yang berbeda dengan bidang penelitian mereka. Walaupun artikelnya berfokus pada kebudayaan, dia harus berpresentasi dalam panel pendidikan. Meski terdapat tantangan baru, dia tidak kehilangan semangat.

Setelah mengikuti semua rangkaian acara di BUAF, pada tanggal 14 September, dia bersiap-siap untuk pulang ke Pontianak. Baginya, pengalaman ini adalah sesuatu yang luar biasa, penuh perjuangan, dan berharga. Ini adalah pembelajaran yang tak ternilai harganya, yang akan membantunya terus berkembang di masa depan.

Penulis : Farli Afif

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *