Kubu Raya (mahasiswa.iainptk.ac.id) – Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari IAIN Pontianak mengambil bagian dalam memajukan sektor ekonomi dan lingkungan melalui kolaborasi dengan UMKM Bank Sampah di Desa Kuala Dua. Kegiatan ini berlangsung pada hari Selasa, 08 Agustus 2023, dimulai dari jam 07:00 WIB hingga selesai, dengan melibatkan Ibu Eka Kurniawati sebagai Pencetus Bank Sampah di Desa Kuala Dua.
Melibatkan juga mahasiswa dari UIN Mataram dan UIN Jember, langkah ini bertujuan untuk merangsang minat masyarakat lokal dan dari luar daerah Pulau Kalimantan Barat untuk menjadikan wisata alam air terjun Riam Talogah sebagai tujuan yang menarik saat berkunjung ke Kecamatan Kembayan.
Dalam perjalanannya menuju destinasi wisata air terjun, para mahasiswa KKL ini juga memutuskan untuk turun langsung dan mendukung usaha kecil dan mikro (UMKM) yang dikenal sebagai Bank Sampah. Kegiatan ini diwujudkan melalui wawancara dengan salah satu pencetus dan penjual dari Bank Sampah tersebut.
Pada 8 Agustus 2020, terbentuklah organisasi Bank Sampah sebagai inisiatif untuk mengatasi persoalan sampah di tingkat lokal. Munculnya konsep ini dipicu oleh fakta bahwa setiap Desa memiliki Bank Sampah, dan dalam kasus ini, Desa Parit Baru telah membuka Bank Sampah sejak awal. Namun, pada tahun 2023, terjadi perpecahan antara Desa Parit Baru dan Desa Kuala Dua yang diambil alih oleh Bupati Kubu Raya dan Wakil Bupati. Keputusan ini memicu inisiatif Bank Sampah di Desa Kuala Dua, yang kemudian berkembang menjadi Bank Sampah Kencana.
Bank Sampah Kencana awalnya bertujuan untuk mengurangi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), menanggulangi penyakit dan menjaga lingkungan. Namun, tujuan ini tidak hanya sebatas pada aspek lingkungan, tetapi juga pada upaya ekonomi untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Lebih dari 200 nasabah bergabung dengan Bank Sampah ini, banyak di antaranya adalah ibu-ibu rumah tangga.
Meskipun Bank Sampah memberikan potensi ekonomi dan lingkungan yang besar, beberapa kendala teridentifikasi, terutama terkait dengan harga dan organisasi yang masih perlu diperkuat. Bu Eka menyarankan agar Bank Sampah tetap kuat dalam struktur organisasinya serta memberikan bekal ilmu yang cukup bagi anggota untuk mengatasi tantangan ini.
Salah satu anggota koperasi Bank Sampah, Cici, juga memiliki UMKM berupa penjualan roti. Meskipun UMKM ini berjalan secara terpisah dan menggunakan modal pribadi, ia juga merupakan anggota Bank Sampah selama tiga tahun. Dana dari anggota Bank Sampah ini digunakan untuk kepentingan bersama, seperti usaha pribadi atau kebutuhan keluarga. Namun, anggota juga dapat menarik tabungan sampah mereka saat diperlukan.
Anggota koperasi Bank Sampah memiliki berbagai UMKM sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing, seperti penjualan kue dan kerajinan plastik. Bank Sampah membantu memasarkan produk-produk UMKM ini. Bagi mereka yang menjalankan bisnis kerajinan, produk-produk ini dapat berupa tempat tisu, bunga, tempat telur, tas, dan lain-lain.
Koperasi Bank Sampah juga mendukung pengumpulan sampah anorganik dengan membedakan jenis barang dan menimbangnya secara terpisah. Tantangan dalam mengelola hasil Bank Sampah meliputi waktu dan modal dari masing-masing anggota. Kendala semacam ini juga terlihat dalam usaha pribadi anggota, seperti yang dialami oleh Cici dalam bisnis rotinya.
Pengalaman anggota koperasi Bank Sampah dan UMKM ini membuktikan bahwa dengan kolaborasi yang baik, UMKM lokal dapat berkontribusi pada solusi lingkungan sambil meningkatkan perekonomian. Bank Sampah menjadi bukti nyata bahwa upaya kecil dapat memberikan dampak besar jika dikelola secara terorganisir. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kendala dan potensi, langkah-langkah lebih lanjut dapat diambil untuk mengatasi tantangan dan mendorong pertumbuhan UMKM serta pelestarian lingkungan yang lebih baik.
Penulis: Qori Imami
Editor : Farli Afif